Ngapak!
Yak itu salah satu kekhasan dari kota
yang aku singgahi beberapa hari lalu. Ada yang
tau kota apa
itu? Tegal? Cilacap? Banyumas? Purwokerto? Purbalingga? Kebumen? Hmmm,
semua daerah di Jawa Tengah bagian Barat Daya memang berbahasa ibu
"ngapak", tapi mengubek-ubek Purbalingga dan Purwekerto menjadi
pengisi liburan awal 2014 ini. Setelah jauh hari merencanakan liburan, camping
ke pantai, liat sunrise dan borobudur dari bukit dan berakhir pada pada
destinasi yang sama sekali nggak direncanakan. Tanpa persiapan bukan berarti tanpa
alasan.
Berawal
dari kekecewaan akibat rencana liburan berubah jadi wacana, aku pun memutuskan
menolak diriku ke Sragen, rumah tanteku. Kembali kepada salah satu serabutanku,
terdampar di meja dan komputer. Ngantor? Oh bukan-bukan, cuma jaga warnet milik
tanteku dan sedikit mengurus adekku yang sedang berlibur. Puncaknya pada
barbeque-an di malam tahun baru, selebihnya aku tak ada rencana.
Saat temanku Dini akan pulang ke
Purbalingga dan temanku Della berencana main ke rumahnya. Begitu tawaran
datang, pun aku tak menolak. Beberapa teman lain yang aku ajak punya alasan
untuk tidak turut serta, jadilah kami berangkat hanya bertiga dengan dua sepeda
motor. Kapan kita berangkat? Tepat sehari setalah aku diajak men! Wuih tanpa
babibu, 3 Januari 2014 aku meluncur ke Solo jemput Dini dulu. Dan kembali lagi
rencana berangkat jam 8 telah menjadi wacana saat jam 10 kita masih nangkring
dirumah Della di Sukoharjo. Nampaknya waktu emang nggak bersahabat sama kita.
Kemoloran ini diawali dari bangunku kesiangan. Alarm udah diset jam 5 tapi
emang mainset ku udah paten bangun siang. Alhasil jam 7 baru kelabakan. Parahnya
lagi begitu sampai kos Dini, dia lebih kesiangan -_- Bahkan saat aku
teriak-teriak didepan kos dia masih asyik berkubang dikasur dan belom mandi.
Oke Aku dan Dini sama-sama termaafkan karena kita sama-sama kesiangan.
Nggak selesai disitu aja. Begitu
kita berdua siap dan melunjur kerumah Della… kita nyasar! Telpon Della, yup
langsung kita telpon Della. Kali ini keselahan terletak pada Della yang
rumahnya terasingkan dari hirukpikuknya dunia. Sinyal disana putus-putus, bikin
misscom. Bertepatan dengan Della
meluncur nyariin aku sama Dini, saat itulah seorang ibu menujukkan jalan
kerumah Della dan kita sampai tanpa tau Della dimana. Dan bisa ketebak ekspresi
Della waktu balik ke rumah x.x Malangnya lagi, bapaknya yang sempet kebingungan
dan bergegas pergi buat nyariin Della, ternyata justru beli jangkrik buat makan
burung-burung peliharaannya dan beliau nggak sekalipun nyariin anak bungsunya
itu. Wahahaha, harusnya bikin ftv nih, judulnya “Ketika Della Dianaktirikan
dengan Burung”.
Buat kalian nih yang mau liburan tapi menghadapi temen yang se-tipe sama aku atau malah kalian sendiri yang kayak aku. Silahkan mengagendakan liburan kemana aja asal realistis. Nggak ada temen, itu bukan penghalang men. Jangan sampai kalian jadi manusia wacana gegara rencana kalian dibatalkan orang-orang sekitar kalian. Jangan takut dan jangan tolak ajakan yang dadakan bro. Karena dari yang dadakan itulah hal tak terduga dan unforgetable justru terjadi. Oya yang paling penting, setelat apapun, dalam kondisi apapun sarapan nggak boleh ketinggalan kalo kalian mau touring. Perjalan kita berlangsung enjoy dan slow, very very slow. Berkali-kali singgah di pom bensin, sekedar meregangkan otot, makan, ngasih minum Jupe atau bertukar boncengan. Saking slow-nya, maghrib kita sampe atau lebih tepatnya "baru" nyampe di ujung Barat Kebumen. Karena perjalanan menuju Purbalingga masih far far away, kita mulai tancap gas. Sorot lampu motor berderu memecah gelap jalanan, berkelok indah sementara pantat memanas.
Aku memperlambat laju motor seketika melihat seseorang duduk sendiri di sayap jalan. Anehnya setiap + 10 m selalu ada orang lagi. Sedikit bergidik karena mereka telah lanjut usia dengan pakaian compang camping duduk diam di pinggir jalan sepi sedangkan kanan kiri jalan adalah hutan karet. Dan tau kah kamu, kalo saat itu hampir pukul 8 malam.
"Del, kamu liat orang di pinggir jalan itu?" Itu yang sontak aku tanyain ke Della yang memboncengku. Kalo Della jawab iya berarti aman, alias yang aku lihat itu "nyata".
"Iya Suf." jawab Della. Fiuh...
Usut punya usut, mereka pengemis yang menyediakan diri selama 24 jam di sepanjang jalan itu andddd... lucunya lagi sistem kerja mereka shift bok :O Nggak abis pikir deh, kok ada pengemis di jalanan sepi tanpa mungkin ada kendaraan berhenti di situ. hiiiii
Pukul delapan lebih sekian, kita mulai memasuki dusun sepi. Jarak rumah dengan rumah lain berspasi satu kebon, dan semua rumah yang kita lewati telah menutup pintunya rapat. Perlahan kami mulai memasuki jalan kecil. Di ujung jalan telah nampak pakarangan luas dan segerombol orang menyambut ketangan kami didepan rumah dini. Saat membelok ke arah rumah...
Braaaakkk!!!
Lagi-lagi kita kurang beruntung. Di ujung jalan yang aku kira tinggal lurus aja, ternyata jalannya menurun. Sialnya aku yang mengendarai si Bleki (panggilan untuk motornya Della) lose control dan kita berdua ambruk. Entah apa yang terjadi berikutnya. Yang jelas sial lagi, perutku disodok stank Bleki, huaaaa pengen nangis, karena tiba-tiba aku nggak bisa napas. Hush bukan mati lho -_-" Alhamdulillah sih nggak lama oksigen kembali distock ke otak. Tapi kesialan belom usai, orang-orang di rumah dini langsung berhambur keluar demi menyaksikan adegan aku jatuh. Ditengah kesakitan dan mewek, aku ngakak. Gila aja men baru dateng udah bikin orang satu rumah geger dengan nyungsep di depan rumah.
Jadilah perjalanan Sragen-Purbalingga selama hampir 10 jam ini ditutup dengan memalukan. Tapi walau harus malu, harus nyeri di pantat, harus menempuh 10 jam perjalanan dengan Jupe, apapun itu aku bangga men! 3 cewek touring ke Purbalingga dan hebatnya lagi Jupe yang notabenenya jarang aku service, sampe sana kuat-kuat aja, bahkan ngirit abis.
*Jupe adalah panggilan kesayangan untuk sepeda motor ku tersayang dan satu-satunya.
"Del, kamu liat orang di pinggir jalan itu?" Itu yang sontak aku tanyain ke Della yang memboncengku. Kalo Della jawab iya berarti aman, alias yang aku lihat itu "nyata".
"Iya Suf." jawab Della. Fiuh...
Usut punya usut, mereka pengemis yang menyediakan diri selama 24 jam di sepanjang jalan itu andddd... lucunya lagi sistem kerja mereka shift bok :O Nggak abis pikir deh, kok ada pengemis di jalanan sepi tanpa mungkin ada kendaraan berhenti di situ. hiiiii
Pukul delapan lebih sekian, kita mulai memasuki dusun sepi. Jarak rumah dengan rumah lain berspasi satu kebon, dan semua rumah yang kita lewati telah menutup pintunya rapat. Perlahan kami mulai memasuki jalan kecil. Di ujung jalan telah nampak pakarangan luas dan segerombol orang menyambut ketangan kami didepan rumah dini. Saat membelok ke arah rumah...
Braaaakkk!!!
Lagi-lagi kita kurang beruntung. Di ujung jalan yang aku kira tinggal lurus aja, ternyata jalannya menurun. Sialnya aku yang mengendarai si Bleki (panggilan untuk motornya Della) lose control dan kita berdua ambruk. Entah apa yang terjadi berikutnya. Yang jelas sial lagi, perutku disodok stank Bleki, huaaaa pengen nangis, karena tiba-tiba aku nggak bisa napas. Hush bukan mati lho -_-" Alhamdulillah sih nggak lama oksigen kembali distock ke otak. Tapi kesialan belom usai, orang-orang di rumah dini langsung berhambur keluar demi menyaksikan adegan aku jatuh. Ditengah kesakitan dan mewek, aku ngakak. Gila aja men baru dateng udah bikin orang satu rumah geger dengan nyungsep di depan rumah.
Jadilah perjalanan Sragen-Purbalingga selama hampir 10 jam ini ditutup dengan memalukan. Tapi walau harus malu, harus nyeri di pantat, harus menempuh 10 jam perjalanan dengan Jupe, apapun itu aku bangga men! 3 cewek touring ke Purbalingga dan hebatnya lagi Jupe yang notabenenya jarang aku service, sampe sana kuat-kuat aja, bahkan ngirit abis.
*Jupe adalah panggilan kesayangan untuk sepeda motor ku tersayang dan satu-satunya.
Penampakan Jupe yang anggun (kanan) dan Bleki gagah (kiri) |
No comments:
Post a Comment